Kuharap Tulisan ini Selalu ada di Selipan Ruang Waktu — Baca ini, ya? [Aku Sayang Padamu Seluruh Umat Manusia! bagian 1]

Aldila
3 min readMay 7, 2020

Menyalahkan diri, Goyah karena sadar akan mengalami penyesalan. Membodohi diri dengan standar ilusi yang dibuat sendiri.

sungguh manusia gampang berasumsi. padahal mereka hebat, berbalik dari sugesti seakan layak mati.

Tulisan ini akan menjadi tulisan dengan kunjungan paling banyak oleh diriku sendiri. Aku dengan seonggok rasa optimis dalam paru-paruku menetapkan dasar, dimana sesungguhnya; spekulasi buruk tidak akan pernah lahir, hanya dalam kandungan. Bahwa mati rasa itu hanya pingsan rasa — rasa tidak akan tiada bila sang empu masih bisa bernafas esok hari memikirkan apa rasanya mati rasa betulan.

Kerangka yang kita buat sangatlah diluar dunia ini, diluar semesta. Jika dipikir-pikir, betapa handalnya kita sebagai pengarang ‘jikalau’? dengan sedetik waktu merasakan rasa serta sebuah platform imajinasi, tidak ada yang bisa mengalahkan betapa manusia mampu menuliskan skenario-skenario dalam platform imaji dengan rapih. Meski skenario itu, beberapa menenggelamkanmu. Tetapi beberapa menarikmu ke permukaan, kan?

dengarkan lagu-lagu bahagia. Ataupun sedih, asam, kalut, apapun bahkan yang membuatmu ingin berdansa seperti Rajapatni. Atau bahkan lagi, dengarkan yang bukan lagu, atau pakai indra-indramu yang lain. Rakit suasana seperti yang biasanya dilakukan, tetapi kali ini buatlah sembari tersenyum. Asumsi yang membuatmu mengumpat serapah, simpan dan kubur dalam-dalam. Jangan jauh-jauh, siapatau nanti butuh saat melawan ego tinggi manusia lain (karena itu seru, emosi, tetapi kita di pihak yang benar).

Tekanan. Kau pikir, ada masalah apa? kenapa perihal menekan bisa sepahit ini, kenapa diharuskan meraih harapan khalayak, sedangkan berdiri saja masih hilang arah. Tak bisakah ada pemakluman?

Kita dilanda perundungan dengan diri. Padahal sebenarnya, memangnya betulan ada, dua malaikat beda warna yang berbisik di kedua telinga? setauku kedua-duanya baik hati, atau setidaknya berpihak netral. Tapi terkadang pun, memang benar rasanya hati lebih berkontribusi? bisa-bisa perasaanku saja. Memang ya, kita diciptakan dengan satu hati, tetapi tetap saja, berjuta asumsi. Satu asumsi bisa merobek atau menjahit sesuatu yang tunggal itu, tergantung kau percaya malaikat mana yang sedang singgah, sedang tinggal pada pundak atau sebelah telingamu, atau bahkan kau sepenuhnya mandiri — tidak percaya sama sekali.

Orang bilang kita putih bersih saat pertama kali muncul di dunia. Berarti segala yang telah kita jalani adalah warna lain selain putih. Lalu apakah kita mengerti, warna-warna apa saja? tapi, memangnya warna yang kita lihat sehari-hari itu.. benar adanya? Apa yang kusebut kuning itu menurutmu juga kuning? bisa saja memang kuning, tetapi visual yang kita lihat berbeda. Ah enaknya sok mikir, tapi kalau aku lagi malas mikir, percaya saja semua itu yang hanya ‘kata orang’. Tapi, aku percaya kok pada napaktilas Majapahit, itu ‘kata orang’ kan? apa aku malas mikir? iya, membaca sejarah Majapahit secara jujur bukannya malas, tapi untuk pembuktian itu, biarkan orang lain saja — ahlinya, kan? ah nanti saja bahas kesepakatan subjektif, menjadi sebuah intersubjektif, dan lain-lain. Aku pusing tidak sempat bertanya tadi saat kuliah, karena gaktau. Ada yang menahanku.

Tapi aku ingat hebatnya kita lagi. Selain skenario, warna dapat mengubah temperatur suasana. Lalu, kita bebas percaya pada apa saja. ya asal tidak usah teriak-teriak. Ahh tapi gila kan! banyak sekali yang bisa kita lakukan, padahal tubuh kita tidak setinggi gunung, tidak selincah angin, tidak seterang api. Merekapun mungkin iri, gaktau sih. Tetapi manusia juga bisa sombong sesuai takarannya, kan?

Sudah, jangan menangis. Skenario yang setengah-setengah kau buat artinya menjadi kenyataan. Lain kali buatlah skenario yang penuh potensi baik untuk bisa diterbitkan. Setidaknya dalam pajangan jajaran suasana yang kau bentuk sembari bersenandung dengan perasaan bahagia.

Ini bukan tulisan untukku. Pikir sendiri, kalau kau merasa? berarti kau ada dalam skenario yang kubuat ini. Iya atau tidak, persetan kan? tenang saja, hidup itu baik. Senang itu baik, sedih itu baik, tidak merasakan apa-apa pun baik. Yang tidak baik, mengutuk diri sendiri atas munculnya skenario yang bahkan, 0,1% pun belum tentu terjadi. Jangan suka mengutuk! alangkah lebih baik kan meski deg-degan, menanti mewanti, tapi jiwa kita satu dengan yang melegakan. Tegur halus diri, kalau cintai diri, apa tega sampai rela mewanti hal buruk terjadi? kasihan diri. Aku yakin diri juga berbalik sayang padamu.

Selamat hari kesehatan mental ku, setiap detik. Aku sayang aku. Aku yakin kamu juga sayang kamu.

Aldila, 1.01 AM, May 8th 2020, Jakarta Indonesia, Mixed feelings, and that’s okay.

--

--

Aldila

Perkara-perkara yang timbul dan ditimbulkan. Kritiklah, semoga suka. Instagram: @4ldila